Sunday, September 4, 2011

setelah bertemu dengannya, sajak ini pun lahirlah



akar sejarah cekal
membelit tubuhnya
yang rapuh dimakan
waktu dan nafasnya
pun tersekat oleh batuk
dan kahak kenangan. hidup
adalah rentetan hirisan
pisau pada banyak
pembuluh darahnya. ketika
merah menitis di lantai
dia sekadar melihat
dan tidak mahu peduli
kerana hidup
baginya kini adalah
sisa-sisa waktu yang
terluang dan
tak terjangkakan.

di mulutnya adalah
kenangan yang kesal.
keping-keping rajuk
dan duka bertindih-tindih
menjadi naskhah
cerita pedih
tak terpadamkan

pada malam berkasih ini
barangkali di dada bantal
dia melepaskan resah
berabad dan pada bucu
tilam dia mengadu
- inikah hidupku?

ketika matanya terkatup pun
barangkali dia sekali lagi terhukum
oleh silap silam.
dalam lemah mimpi
dia melawan dengan sisa tenaga >
yang hampir kontang

pada malam berkasih begini
barangkali dia menangisi kasih
yang tercicir
yang mengabur
juga yang padam
dari titis-tisis zuriatnya.

- 14 feb '10

No comments:

Post a Comment