Wednesday, September 28, 2011

gelap




malam menggigit meratah
tubuh2 kering di tubir aspal

sang gagak keras berteriak
seolah2 memanggil datangnya
detik mati sesegera halilintar

di bawah bayang2 lampu jalan
gagak2 terbang menebarkan
kepaknya mengirim angin nyeri

bulan di langit
pun tercalar
oleh waktu

malam menggigit meratah
tubuhku yang kekeringan

dan kamu
kekal bungkam!

Monday, September 26, 2011

dia




di tengah kontang padang
dan selirat debu
rekah tanah
dia bergelut bernafas
dalam takungan sesal

dia pelarian terluka

di tengah padang kontang
dan rekah tanah
dia pun lemas

Tuesday, September 13, 2011

demi janji





deru nyeri angin bukit jenalik
pedih terasa menghiris pelipis
wajah resah ayah
dan rusuh hati ibu
menanak nasi di pintu dapur
untuk hidangan pemburu
yang berkeliar di rusuk bilik tidur

dalam mimpi mereka sentiasa
antara benar
semangat
jihad
dan
permainan
manusia dijadikan
bidak-bidak
di petak kuasa

.....

bisik dingin angin subuh
di sungai buloh
adalah perkhabaran perpisahan
antara jasad dan jiwa
antara anak dan keluarga

maka tertunai
janji
mati


4 ogos 2006

sajak ini ditulis - kalau saya tak salah - sehari sebelum mohamed amin mohamed razali - dijemput Maha Pencipta melalui tali gantung.

Saturday, September 10, 2011

propapakling

ayoh berkata dgn telinga
mari menari dgn lidah
dan berfikir dengan telapak tangan
biar alam tertawan
biar langit merembes hujan
dan kita bahagia dalam kebodohan

ayoh berhujah dengan lutut
mari menjadi pak turut
biar penguasa jadi larut
dan kita kenyangkan perut

ini propaganda
ini propaganda
murahan!

persetankan sejarah silam
kita bina sejarah barukelam
dari runtuhan empayar melaka
kita reka negara liar


ini propaganda
ini propaganda
murahan!

- sajak ini telah dilagukan oleh airmas_sz. kalau mahu tengok, sila klik link ini.

Friday, September 9, 2011

cemas di persimpangan



di matamu
kulihat serpihan2
janji dan yakin
meretak dan berkuping2

dari hujung bibirmu
mengalir ragu

dan kita
cemas di persimpangan

Wednesday, September 7, 2011

sabda anjing




jurai kata lagi mencurah
dari langit nista. deru nafas
pun jadi aksara2 keji
dan angin keringmengirim khianat.

ini bukan
lagi zaman waras.
ini bukan
lagi zaman ikhlas.
telaga hidup segera
jadi hanyir
bila anjing2
membuka kata.

serigala seolah-olah
raja dan kita dipaksa
tunduk takzim pada luka.
ini zaman mewah sengketa
melankolia jadi jampi2
untuk mewarna mimpi
dan janji2 manis penguasa
menjarah setiap liang roma.

ayo bangun menyusun rentak!
mengatur gerak mengasak
hidup tak wajib selamanya
terhenyak dan dunia
baru takkan muncul
tanpa disentak!

ayo!
ayo!

- antologi puisi jadi senjata (cetakan pertama, halaman 19)

Sunday, September 4, 2011

surat merah kepada pak rashid



merah neon pada nyala senja
di jalan2 bersimpang ini,
pak, mengingatkan saya
pada cabang2 simpang
di kampung kita dulu

- ketika emak dan arwah ayah
bersembang2 di kaki tangga
atau permatang bendang.

hujan pun turun mencucuk dingin
ke pusat sumsum
setajam dingin jerit diammu
dulu dibantai rantai
propaganda kelam.

di atas jalur aspal
dan sapa malu
sakura di bibir musim bunga
saya melihat jejak-jejak
korban dan cinta
berselerakan mencari
makna dan jalan pulang.

tanah ini sebenarnya
bukan asing. hitamnya ada
putih juga ada. apinya
ada alir segar sungainya
juga ada. dosanya banyak
tapi mulianya juga berselerak.
kejamnya ada
lembutnya juga ada.

maaf - dalam sejuk
dan keliru kelam
malam kami masih
belum mampu membuang mabuk
santau sebangsa.

- beijing
2 - 6 april 2010


sajak terburu2 dan cemas utk si pemberani

(kali ini - maaf - aku tak sempat
lagi memilih kata2 yang lunak
atau bentak yang keras.
apa lagi mencari warna2
dan bentuk2 seni bagi
mengiringi tangis hati.)

Tuhan
selamatkan saudara dan sahabat kami yang menari dengan zikir
mati di sana. di depan adalah bilah2 peluru menanti masa dipacu.
di belakang adalah sehampar laut yang menghantar harap. di atas
adalah burung2 besi mencari dada dan kepala untuk diremuk.
dan di kaki adalah gentar dan ketar antara kemanusiaan,
keberanian dan tanda tanya tanda tanya sonder henti
- gimana akhirnya kami hari ini?

Tuhan
aku berbisik kepada titis2 hujan yang menimpa kepalaku
sebentar tadi: tolong. ada kalian terdengar berita dari
laut mediterranean? bawakan. ya, bawakan kepada kami
khabar mereka biar kami siapkan kafan jika perlu.
biar kami galikan lahad jika perlu. atau biar kami
kirimkan anak2 kami menggantikan mereka, jika perlu.

Tuhan
di bawah langit sama helang2 yang tak pernah kenyang
dan penghisap2 darah yang tak kenal lelah bersorak.
dan kami melaknati mereka selaknat2-nya.
dengarkan, Tuhan. tolong kabulkan.

- 31 Mei 2010

setelah bertemu dengannya, sajak ini pun lahirlah



akar sejarah cekal
membelit tubuhnya
yang rapuh dimakan
waktu dan nafasnya
pun tersekat oleh batuk
dan kahak kenangan. hidup
adalah rentetan hirisan
pisau pada banyak
pembuluh darahnya. ketika
merah menitis di lantai
dia sekadar melihat
dan tidak mahu peduli
kerana hidup
baginya kini adalah
sisa-sisa waktu yang
terluang dan
tak terjangkakan.

di mulutnya adalah
kenangan yang kesal.
keping-keping rajuk
dan duka bertindih-tindih
menjadi naskhah
cerita pedih
tak terpadamkan

pada malam berkasih ini
barangkali di dada bantal
dia melepaskan resah
berabad dan pada bucu
tilam dia mengadu
- inikah hidupku?

ketika matanya terkatup pun
barangkali dia sekali lagi terhukum
oleh silap silam.
dalam lemah mimpi
dia melawan dengan sisa tenaga >
yang hampir kontang

pada malam berkasih begini
barangkali dia menangisi kasih
yang tercicir
yang mengabur
juga yang padam
dari titis-tisis zuriatnya.

- 14 feb '10