Tuesday, January 13, 2015

Luka di langit Hrabove





Syawal kali ini sayunya terasa amat.
Tajam terus jauh menikam
ke dalam. 

Tidak seperti Syawal biasa
kegirangan kali ini sekadar tergantung
di ranting-ranting pepohon
atau jeriji tingkap, pintu. Desah angin pilu
berulang-ulang bertandang
membawa tanya amat panjang. 

Di ruang tamu
ada ibu merawat lara dan rindu.
Ada ayah memujuk resah nan parah.
Ada anak mendongak ke langit
menunnggu jawapan.
Ada isteri mendakap
hilang dalam tangis.

Kilat itu memang luar biasa
menyambarnya tiba-tiba
menyentap rawan semua.

Awan berserakan - antara memberi
dan menyembunyi jawapan.
Angin meniup titip pesan: Bencana ini
bukan bencana biasa.
Ini bencana buatan tangan-tangan
liar manusia nanar.
Rumput, bunga dan lalang
berbisik kepada aspal : "Kita ini sebenarnya
saksi hati durjana."

Luka tiga-tujuh-kosong masih bernanah
kini belati baru menoreh amarah.
Satu-tujuh adalah bidak catur
malang terpilih. Terkepit di antara
perseteruan gajah-gajah serakah
menyentap menjarah takzim anak, isteri,
ayah, ibu , abang, kakak yang tidak sabar
meraikan pertemuan. 

Dingin Schiphol
dan alir Sungai Mius
pun mengirim duka kepada seluruh kita.

Dunia memang semakin sukar bersahabat.
Cinta kian tertunda
dan di sini kita pun memesrai Syawal
dengan pilu tak tertanggung
dan keruh kilan langka yang menggunung.

Hari ini biarkan sepi melintas
ke seluruh jiwa.
Kita dengarkan bait-bait
bisik bayu Schiphol
menyapa mekar bunga-bunga di Hrabove
ketika ia menghantar pulang wangi ingatan
sambil kita mendakap persaudaraan.

Al-Abror Mohd Yusuf
Kuala Lumpur
Jumaat - 22 Ogos 2014

No comments:

Post a Comment